Fujitsu mengumumkan kehadiran ScanSnap N1800, mesin pemindai dokumen jaringan yang pertama menawarkan fitur koneksi ke berbagai layanan awan (cloud computing) seperti Salesforce CRM, Google Docs dan Evernote.
ScanSnap N1800 diklaim memiliki fungsi hemat biaya karena pengguna tak perlu membeli piranti keras tambahan. Pengguna cukup menekan satu tombol untuk memulai proses pemindaian sehingga mempercepat digitalisasi dokumen guna memudahkan akses informasi dalam perusahaan.
Dari sisi desain, perangkat seharga USD 2.070 ini berukuran 300mm x 226mm x 172mm, dan sudah dilengkapi dengan Installation Wizard untuk memudahkan pemasangannya di lingkungan perkantoran.
"Seiring dengan tren jaringan TI berbasis internet, ScanSnap N1800 dirancang dengan berbagai kemampuan jaringan untuk memenuhi kebutuhan bisnis saat ini yang semakin menantang. Pemindai ini bisa ditempatkan dalam sistem intranet organisasi, namun dengan fitur koneksi ke layanan awan," kata Janet Tan, Regional Director Fujitsu Imaging Products.
Raymon Firdauzi, Country Head Platform Product Fujitsu Indonesia menambahkan, ScanSnap N1800 memungkinkan pengguna memindai dan mengunggah dokumen ke awan dan mengakses data digital dari mana saja melalui satu sentuhan.
"ScanSnap N1800 ini akan memperkuat posisi Fujitsu sebagai pemimpin pasar mesin pemindai dokumen di Indonesia sejak semester kedua 2009 baik dalam hal volume maupun pendapatan," tukas Raymod, dalam keterangannya, Senin (16/5/2011).
sekitarkita09.blogspot.com
Senin, 16 Mei 2011
Situs Polri Dibobol Hacker
Ada yang aneh pada situs resmi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), di dalamnya terselip sebuah halaman yang isinya jauh dari konteks lingkup yang diurus sang pihak berwajib.
Ketika disambangi detikINET, Senin (16/5/2011) sekitar pukul 17.20 WIB, halaman utama situs Polri tidak bisa diakses tanpa sebab. Namun pada bagian tertentu, masih 'hidup' dengan konten berbau agama.
Selain menampilkan pesan teks bernuansa agama, di dalam situs tersebut juga menampilkan sebuah gambar dan video yang dihubungkan ke YouTube dengan pesan sejenis.
Belum jelas apa motif melakukan aksi ini, hingga kini halaman asing tersebut masih bernaung di bawah situs beralamat www.polri.go.id itu.
Pelaku pun tidak meninggalkan pesan untuk menyisakan rekam jejaknya, sepertinya yang biasa dilakukan para peretas ketika menyusup suatu situs.
Langganan:
Postingan (Atom)